Thursday, January 30, 2020

Effective Communication: Culture and Interpersonal Communication


1.       Definisi Culture
·        Culture (budaya) adalah gaya hidup khusus yang relatif dari sekelompok orang yang berlangsung dari generasi ke generasi selanjutnya melalui komunikasi, dan bukan secara genetik. Contohnya adalah budaya Amerika Afrika yang berasal dari Amerika Selatan.
2.       Relevansi culture pada effective communication
·        Culture membuat komunikasi menjadi tidak efektif jika kita tidak berhati-hati dalam menganalisa betapa kuatnya culture mempengaruhi komunikasi sesama manusia.
3.       Perbedaan Culture (7 Sub Bab Pembahasan)
a.       Individualist or collectivist orientation
Budaya Individualis dan kolektivis menilai posisi individu dalam sebuah kelompok, contohnya adalah seseorang yang berpikir bahwa kesuksesan terukur dengan baik bila dilihat dari seberapa mampu dirinya melewatai individu lainnya. Sedangkan contoh budaya kolektivis menilai kesuksesan berdasarkan dari kontribusi dirinya terhadap suatu kelompok.
b.       High-low context cultures
High-low context culture menilai bagaimana suatu informasi diketahui oleh suatu kelolmpok. Contoh dari high context culture adalah jika seorang manager bekerja sebagai pemimpin dalam suatu pekerjaan, maka dia akan menegur seorang pegawai jika dia melakukan kesalahan di depan umum. Sedangkan low context culture adalah jika manager tersebut menegur pegawai tersebut di tempat yang memiliki privasi, bergantung dari situasi yang terjadi.
c.       Power distance culture
Terbagi  menjadi 2 yaitu high dan low power. High power culture memiliki jarak diantara orang yang memiliki kekuatan dengan orang yang tidak memilikinya, contohnya adalah seorang murid jika ingin memilih teman hidup maka dia akan memilih orang yang sesuai dengan budaya dan kelas mereka. Sedangkan low power dalam hal tersebut akan nyaman untuk memilih untuk dengan siapapun, tidak harus dengan orang yang satu budaya dengan mereka.
d.       Masculine and feminime culture
Masculine culture menghargai kekuatan, kekayaan material, dan menekankan posisi gender, contohnya jika seseorang sedang mengalami suatu konflik maka dia akan datang untuk menghadapi konflik tersebut dan mencari kemenangan. Berbeda dengan feminime culture, dia akan berusaha untuk berkompromi dengan lawan konfliknya.
e.       Tolerance ambiguity
Terdapat high dan low ambiguity tolerance, yaitu keadaan dimana seseorang bisa memiliki rasa toleransi terhadap keadaan yang tidak jelas. Contoh dari high tolerance ambiguity adalah jika seorang murid diberikan tugas maka dia akan nyaman mengerjakan tugas yang diberikan jika dia memiliki keluasan menginterpretasikan pengerjaan tugasnya, sedangkan low ambiguity tolerance menunjukkan murid tersebut lebih nyaman mengerjakan tugasnya jika ada petunjuk penugasan yang jelas.
f.        Short-long term orientation culture
Short term orientation memanfaatkan sumber yang ada untuk mencari hasil dari suatu pekerjaan, misalnya orang tua yang berpikir jika anaknya dititipkan kepada orang lain maka anaknya akan baik-baik saja. Long term orientation tidak berpikir demikian, dia akan berpikir bahwa keluarganya adalah orang yang tepat untuk merawat anaknya.
g.       Indulgent-restraint orientation
Mendefinisikan kehidupan berdasarkan dua dimensi, yaitu indulgent dan restraint. Indulgent berkeyakinan bahwa kehidupannya adalah kebebasan dirinya sendiri dalam bertindak. Sedangkan restraint orientation berkeyakinan bahwa kehidupannya ditentukan pada tekanan yang tidak dapat ia kuasai.
4.       Tahapan Culture Shock
Terdapat 4 tahap culture shock yaitu:
a.       Stage 1: Honeymoon, yaitu merasa terpesona dengan budaya barunya dan orang-orang di sekitarnya.
b.       Stage 2: Crisis, yaitu menyadari perbedaan antara budaya lama dengan yang baru dalam menghadapi berbagai situasi.
c.       Stage 3: Recovery, yaitu menemukan cara untuk memanfaatkan segala hal yang ada di budaya baru secara efektif.
d.       Stage 4: Adjustment, yaitu beradaptasi dan akhirnya mampu menikmati budaya dan pengalaman baru yang dihadapi.
5.       Dasar Effective Interpersonal Communication
a.       Mengedukasi diri sendiri, yaitu mempelajari budaya orang lain. Ada banyak sumber yang bisa didapatkan seperti film dokumenter, yang dapat dijadikan sumber pembelajaran terhadap budaya orang lain.
b.       Menyadari bentuk perbedaan yang ada, yang menjadi penghalang dalam komunikasi interpersonal jika kita memiliki keyakinan bahwa terdapat kesamaan saja yang ada sedangkan tidak ada perbedaan. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan dalam perbedaan penting dan dapat memberikan kesalahpahaman dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh orang Amerika mengajak orang Filipina makan malam dan orang Filipina tersebut menolak, maka orang Amerika ini merasa sakit hati karena berpikir orang Filipina ini tidak menyukai ajakan orang Amerika tersebut, padahal kenyataannya orang Filipina tidak akan menerima ajakan tersebut kecuali sudah diajak beberapa kali karena dia berpikir bahwa ajakan sekali tersebut merupakan ketidaktulusan.

Rujukan:


  1. The Interpersonal Communication Book 13th Edition by Joseph A. DeVITO
  2. Slide ppt mata kuliah Subject: MATERI IKB 2020 mbti.kelas06@gmail.com
  3. No comments:

    Post a Comment